Kamis, 28 Oktober 2010

Bingkai Berdebu

Terkenang aku di saat yang telah lalau. Disaat pelangi melintas di dinding awan saat hujan mulai gerimis. Kau katakana bahwa apa yang aku rasakan enkau juga merasakannya. Semua itu masih tersimpan di disini,di memoriam ingatanku. Kau yang dulu begitu hidup dan memberi warna dalam hidupku. Tebarkan aura kasih sayang serta penuh cinta. Selalu ada nuansa-nuansa kemesraan yang tersulam. Tapi…tapi kini semuanya bungkam,bahkan buram. Apakah aku telah membuatmu kecewa atau terluka? Itu tak pernah aku tahu…Apakah kau sengaja pergi tuk meninggalkanku?.... 
Ha….andai saja saat ini aku ditemani segelas kopi dan rokok class mild,pasti jadinya tambah seru.” Gurauku dalam hati sembari merenggangkan badan.    
Malam minggu aku hanya tinggal di dalam kamar. Ditemani mimpi-mimpi dan sekelumit khayalan yang terus membawaku terbang melintasi bumi dengan jarak ribuan mil. Sembari mengutak atik tombo-tombol kecil yang tersusun rapi di keyboard note bookku. Aku tak tahu entah telah sampai di mana petualanganku. Di dinding kamarku terpampang dengan jelas fotomu dengan ukuran mini yang sengaja kubalut dengan bingkai warna hitam kecoklatan agar terlihat kontras dengan bagroundnya. Kau terlihat begitu anggun dengan kesderhaanmu. Masih jelas tergambar di wajahmu kenangan-kenagan saat dirimu masih bersamaku. Tersenyum kau balut keanggunan wajahmu. Aku nyaris tersenyum sendiri saat kutatapi gambarmu.    
Kemarin-kemarin saat kita masih bersama,kau sering bercerita tentang menara Eiffel. Menara Eiffel dan,Paris..! Ya bangunan megah yang menjulang tinggi,selalu menjadi buah bibir orang serta kota yang selalu jadi idaman orang-orang. Tak ada seorang pun yang mampu menepis rasa kekagumannya pada salah satu buah karya anak manusia ini. Engkau ingin pergi kesana untuk sekedar menyaksikan langsung serta menyentuhnya. Serta merasakan aroma kota Paris. Aku tak pernah lupa kenangan-kenangan itu. Ha….kau memang gadis yang unik yang pernah kutemukan. Mana mungkin orang seperti kita ini dapat pergi ke Paris. Aku pernah perkata seperti itu. Tapi kau tetap bertahan dengan mimpimu.    
Telah lama kau menghilang dari pandanganku,kabar berita pun tak kau kirimkan untukku. Kau pergi jauh di sebrang sana,di kota metropolitan Jakarta. Tinggalkan kenangan dan masa lalu. Kau tinggal aku yang sendiri menyepi,menepi dari duniamu. Kau tinggalkan kenangan dan masa lalu bersama aku yang mengharap.       
Tak pernahkah kau merasa atau sekedar tahu bahwa aku yang di sini selalu menanti dan menanti serta berharap di suatu saat nanti kau kan kembali lagi di sisiku bersama cerita masa lalu kita.       
Oh Tuhan….dengarkanlah bisikan hati ini,ketuklah pintu hatinya hanya sekedar untuk mengingatku. Angin malam tolong sampaikan kabar beritaku kepadanya bahwa aku tetap menantinya hingga waktu ini pupus.”    
Aku terseret kedalam masa laluku. Bayang-bayangmu terus berkelabat dalam fikiranku. Semenjak kepergianmu,hidupku berubah. Sudah hampir dua minggu aku tak pernah keluar,meskipun sekedar jalan-jalan. Tempat biasa yang sering kita kunjungi sekedar merasakan indahnya suasana,kini tak pernah lagi kudatangi. Terlalu indah kenagan-kenagan yang tinggal bersamaku hingga aku tak sanggup bersama serpihan-serpihan itu. Bathin itu ingin menjerit memanggilmu sekedar menepis rasa sesak yang bersemayam dalam bathin ini bersama rindu yang berkepanjangan.    
Tahukah dirimu bahwa bingkai fotomu kini mulai berdebu. Gambarmu mulai terlihat usang. Terlalu lama dia menantimu,hingga waktupun serasa ingin menangis atas perlakuanmu.     
Masih adakah rasa di hatimu untukku? Masih adakah kenangan-kenangan itu,yang pernah kau cipta di hari yang telah lalu? Ataukah kini tinggal aku yang berharap dengan pengakuanku atas rasa ini? Terlalu banyak yang ingin kutanyakan atas kekaburan kejelasan yang kunanti.     
Aku yang di sini masih tetap menanti dalam pengharapan yang tak pasti atas keraguan yang mulai mengusikku. Jangan biarkan aku tenggelam dalam rasa cinta ini,bila akhirnya kau biarkan aku terhanyut oleh arus penyesalan yang berkepanjangan.  
Aku menanti jawaban darimu bersama bingkai yang berdebu serta gambarmu yang mulai usang… .(minggu, 30 April ‘08-kala kenangan memberi harap).    
Aku menatap lekat-lekat deretan kata-kata di layar monitor note bookku yang baru saja kutulis. Memang kalimat itu sengaja kuuntai hanya sekedar melepaskan kepenatan yang bersarang dalam kepalaku. Sebentar-sebentar kutatapi gambarnya yang kusave di my foto,hendak ku editing. Akhirnya tulisanku pun rampung…

0 komentar:

Posting Komentar

Tulislah apa yang ingin Kamu tulis mengenai Artikel & Blog ini...

KumpulBlogger

Template by:

Free Blog Templates