Terkenang
aku di saat yang telah lalau. Disaat pelangi melintas di dinding awan
saat hujan mulai gerimis. Kau katakana bahwa apa yang aku rasakan
enkau juga merasakannya. Semua itu masih tersimpan di disini,di
memoriam ingatanku. Kau yang dulu begitu hidup dan memberi warna
dalam hidupku. Tebarkan aura kasih sayang serta penuh cinta. Selalu
ada nuansa-nuansa kemesraan yang tersulam. Tapi…tapi kini semuanya
bungkam,bahkan buram. Apakah aku telah membuatmu kecewa atau terluka?
Itu tak pernah aku tahu…Apakah kau sengaja pergi tuk
meninggalkanku?....
“Ha….andai
saja saat ini aku ditemani segelas kopi dan rokok class mild,pasti
jadinya tambah seru.” Gurauku dalam hati sembari merenggangkan
badan.
Malam
minggu aku hanya tinggal di dalam kamar. Ditemani mimpi-mimpi dan
sekelumit khayalan yang terus membawaku terbang melintasi bumi dengan
jarak ribuan mil. Sembari mengutak atik tombo-tombol kecil yang
tersusun rapi di keyboard note bookku. Aku tak tahu entah telah
sampai di mana petualanganku. Di dinding kamarku terpampang dengan
jelas fotomu dengan ukuran mini yang sengaja kubalut dengan bingkai
warna hitam kecoklatan agar terlihat kontras dengan bagroundnya. Kau
terlihat begitu anggun dengan kesderhaanmu. Masih jelas tergambar di
wajahmu kenangan-kenagan saat dirimu masih bersamaku. Tersenyum kau
balut keanggunan wajahmu. Aku nyaris tersenyum sendiri saat kutatapi
gambarmu.
Kemarin-kemarin
saat kita masih bersama,kau sering bercerita tentang menara Eiffel.
Menara Eiffel dan,Paris..! Ya bangunan megah yang menjulang
tinggi,selalu menjadi buah bibir orang serta kota yang selalu jadi
idaman orang-orang. Tak ada seorang pun yang mampu menepis rasa
kekagumannya pada salah satu buah karya anak manusia ini. Engkau
ingin pergi kesana untuk sekedar menyaksikan langsung serta
menyentuhnya. Serta merasakan aroma kota Paris. Aku tak pernah lupa
kenangan-kenangan itu. Ha….kau memang gadis yang unik yang pernah
kutemukan. Mana mungkin orang seperti kita ini dapat pergi ke Paris.
Aku pernah perkata seperti itu. Tapi kau tetap bertahan dengan
mimpimu.
Telah
lama kau menghilang dari pandanganku,kabar berita pun tak kau
kirimkan untukku. Kau pergi jauh di sebrang sana,di kota metropolitan
Jakarta. Tinggalkan kenangan dan masa lalu. Kau tinggal aku yang
sendiri menyepi,menepi dari duniamu. Kau tinggalkan kenangan dan masa
lalu bersama aku yang mengharap.
Tak
pernahkah kau merasa atau sekedar tahu bahwa aku yang di sini selalu
menanti dan menanti serta berharap di suatu saat nanti kau kan
kembali lagi di sisiku bersama cerita masa lalu kita.
“Oh
Tuhan….dengarkanlah bisikan hati ini,ketuklah pintu hatinya hanya
sekedar untuk mengingatku. Angin malam tolong sampaikan kabar
beritaku kepadanya bahwa aku tetap menantinya hingga waktu ini
pupus.”
Aku
terseret kedalam masa laluku. Bayang-bayangmu terus berkelabat dalam
fikiranku. Semenjak kepergianmu,hidupku berubah. Sudah hampir dua
minggu aku tak pernah keluar,meskipun sekedar jalan-jalan. Tempat
biasa yang sering kita kunjungi sekedar merasakan indahnya
suasana,kini tak pernah lagi kudatangi. Terlalu indah kenagan-kenagan
yang tinggal bersamaku hingga aku tak sanggup bersama
serpihan-serpihan itu. Bathin itu ingin menjerit memanggilmu sekedar
menepis rasa sesak yang bersemayam dalam bathin ini bersama rindu
yang berkepanjangan.
Tahukah
dirimu bahwa bingkai fotomu kini mulai berdebu. Gambarmu mulai
terlihat usang. Terlalu lama dia menantimu,hingga waktupun serasa
ingin menangis atas perlakuanmu.
Masih
adakah rasa di hatimu untukku? Masih adakah kenangan-kenangan
itu,yang pernah kau cipta di hari yang telah lalu? Ataukah kini
tinggal aku yang berharap dengan pengakuanku atas rasa ini? Terlalu
banyak yang ingin kutanyakan atas kekaburan kejelasan yang kunanti.
Aku
yang di sini masih tetap menanti dalam pengharapan yang tak pasti
atas keraguan yang mulai mengusikku. Jangan biarkan aku tenggelam
dalam rasa cinta ini,bila akhirnya kau biarkan aku terhanyut oleh
arus penyesalan yang berkepanjangan.
Aku
menanti jawaban darimu bersama bingkai yang berdebu serta gambarmu
yang mulai usang… .(minggu, 30 April ‘08-kala kenangan memberi
harap).
Aku
menatap lekat-lekat deretan kata-kata di layar monitor note bookku
yang baru saja kutulis. Memang kalimat itu sengaja kuuntai hanya
sekedar melepaskan kepenatan yang bersarang dalam kepalaku.
Sebentar-sebentar kutatapi gambarnya yang kusave di my foto,hendak ku
editing. Akhirnya tulisanku pun rampung…
0 komentar:
Posting Komentar
Tulislah apa yang ingin Kamu tulis mengenai Artikel & Blog ini...