Kamis, 28 Oktober 2010

Dunia Tak Bisa Membeliku

Sekarang kita telah berada dalam lingkaran abad ke 21.Sekarang adalah zaman era globalisasi. Di zaman modern perubahan itu tampak jelas di mana-mana. Kita dapat dengan mudah menyaksikan perubahan itu,salah satu bukti yang nyata dan memiliki nilai positif serta kita menikmatinya adalah adanya perkembangan atau kemajuan dalam bidang IPTEK dan masih banyak lagi.” Kata seorang guru SMA di salah satu sekolah ternama di Makassar pada saat ia mengajar. Murid-muridnya terlihat begitu antusias menyimak apa yang baru saja di katakannya. 
 
Makassar adalah sebuah kota yang berada di provinsi Sulawesi Selatan. Kota yang saat ini mulai berkembang baik dari segi pendidikan,pertanian maupun perindustrian. Banyak kebudayaan yang berdomisili di kota ini. Namun meskipun demikian Makassar memiliki kebudayaan tersendiri. Banyak adat yang menggugah hati para pendatang yang bermukim di Makassar. Makassar dikenal juga dengan kota religius,disebabkan karena dahulu Makassar menjadi pusat perdagangan sehingga di situlah awal penyebaran agama islam di Sulawesi. Sehingga agama dan budaya itu melekat dalam jiwa-jiwa masyarakatnya hingga saat ini. Budaya Makassar,China,jawa serta yang lainnya menyatu melebur dalam keseragaman yang menciptakan warna yang utuh. 
 
Andi Ahmad Sofyan adalah salah satu siswa di sekolah itu. Ia juga salah satu murid kelas III jurusan IPA yang boleh dikatakan cukup pandai di antara teman-temannya. Setiap guru yang mengajar di kelasnya selalu mengacungkan jempol atas apa yang dimilikinya. Setiap mata pelajaran dapat dengan mudah dipahaminya. Sehingga ia sering diutus untuk mengikuti olimpiade tinggkat SMA se-Sulawesi Selatan. Seperti olimpiade untuk mata pelajaran fisika,biologi dan yang lainnya.

Tak banyak yang berbeda dari dirinya dengan teman-temannya. Ia adalah seorang anak laki-laki yang normal dengan kepribadian yang dimilikinya. Di dalam kehidupan keluarga,ia adalah anak ke dua dari tiga bersaudara. Anak yang taat kepada kedua orang tuanya. Tak lupa pula taat kepada Allah SWT sang memilik dan pemelihara segala apa yang ada di bumi dan di langit. 
 
Sekitar pukul 06.00 wita hari senin,cuaca di kota Makassar terlihat cerah. Pagi itu Ahmad kembali melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai seorang anak yang menuntut ilmu di salah satu lembaga pendidikan formal,yaitu sekolah. Pagi itu seperti biasanya Ahmad kembali pergi ke sekolah dengan menggunakan kendaraan umum roda empat yang biasa orang Makassar katakan pete-pete
 
Di dalam kendaraan itu ternyata ada teman satu kelasnya yang juga hendak ke sekolah. Rendy Oktavianus itulah nama temannya yang kini bersamanya. Ada juga Ririn,Nindi serta Tofan. Mereka memiliki perbedaan dalam hal kepercayaan. Rendy berketurunan China,dia beragama Kristen protestan begitupun Tofan yang berasal dari Menado hanya saja dia Kristen katolik, Ririn beragama Kong Hu Chu karena dia berasal dari Tionghoa,kemudian Nindi beragama Budha,sementara Ahmad beragama Islam yang mana semenjak kecil mereka telah anut mengikuti jejak leluhur. Namun dalam hal bersosial dan bersosialisasi tak ada alasan untuk itu. Berbedaan itu mereka rangkul dalam kehidupan mereka. Agama dan keyakinan mereka tak harus menjadi alasan yang utama untuk menjadi masyarkat yang damai. Sebagaimana yang terpatri dalam dada burung garuda Bineka Tunggal Ika.

Eh…Rendy…tumben kita bisa naik satu mobil” Sapanya.
Ya…bisa aja,tpi aku memang tidak merencanakan akan hal ini. Mungkin bertepatan aja” Ujar Rendy.
Hehehehehe….” Mereka berduapun tertawa.
Oya…gimana dengan tugas Bahasa Inggrismu Mad?” Tanya Rendy..
Ya…Alhamdulillah semuanya uda rampung tinggal di kumpul ma Ibu Firda..!” Jawabnya.
Ooo…aku juga uda selesai. Kalau gitu ntar ngumpulnya sama-sama ya..?” Sambungnya.
Iya...!”

Mereka berdua asyik ngobrol dengan wajah-wajah yang ceria pula. Tapi Ririn,Nindi serta Tofan mereka hanya diam dan senyam senyum. Tak terlihat perbedaan yang menyelinap di dalam hati di antara mereka. Itu terlihat di garis wajah mereka,yang ada hanyalah keceriaan atas kebersamaan. Belum lagi si Tofan yang super humor yang sering buat segalanya menjadi perfect. Tak lama kemudian terdengar lagi suara Rendy yang memetintahkan Pak sopir untuk menghentikan mobilnya karena ternyata mereka telah sampai di sekolah mereka. Tapi kali ini ada yang aneh dengan suaranya. Karena semua penumpang yang berada didalam mobil itu menatap ke arah mereka,karena nada suara Rendy yang kencang alias suara 45. 
 
Stop…stop..stop Pak..!”
Ren..! SemangatNa..” Ujar Ahmad dengan logat Makassarnya sambil tersenyum. Agak sedikit malu juga.

Hari itu diadakan sebuah diskusi yang bersifat individu di dalam kelas mereka dengan tema Kehidupan Religi dalam Berbudaya. Semuanya ikut senang dengan kegiatan itu,ruang kelas menjadi tenang disaat Guru mereka menjelaskan beberapa hal yang menjadi aturan dalam kegiatan diskusi tersebut. Kemudian tak berapa lama Guru mereka mempersilahkan dari salah seorang teman mereka maju ke depan kelas untuk menjadi moderator, yang mana untuk memimpin jalannya kegiatan diskusi. Mulailah moderator membuka kegiatan diskusi dengan mengucap salam,dan dibalas serempak oleh teman-temannya.

Assalamu Alaukum Warahmatullohi Wabarakatu. Teman-teman pada kesempatan kali ini kita akan mengadakan kegiatan diskusi yang sifatnya individual dengan tema Kehidupan Religi dalam Berbudaya. Maka dengan mengaucapkan Bismillah Hirrahmannirrahim kegiatan diskusi ini saya nyatakan dimulai”
Tak lama kemudian seorang dari teman mereka mengangkat tangan dan mengajukan suatu pertannyaan.

Bagaimana menurut tanggapan teman-teman mengenai budaya barat yang telah masuk ke dalam budaya kita yaitu budaya timur terutama khususnya di Makassar. Yang mana kita ketahui bersama bahwa Makassar adalah kota yang penduduknya menjunjung tinggi nilai-nilai sosial dan agama? Terimakasih..”

Begini! Menurut hemat saya,kita itu tidak dapat bahkan mampu menghalangi ataupun menepis masuknya budaya barat di Makassar. Karena disebabkan beberapa factor,diantaranya adanya perkembangan dan kemajuan di bidang IPTEK,itu adalah salah satu factor utama pendukung masuknya budaya luar ke budaya kita,budaya timur. Saya yakin teman-teman masih mengingat perkataan Pak Sulaeman pada pertemuan dua minggu yang lalu. Kita memang tahu bersama bahwasanya Makassar adalah sebuah kota yang mulai berkembang dan yang mana penduduknya menjunjung tinggi nilai-nilai social dan agama. Tapi…tapi kita harus ingat akan satu hal,sebagaimanapun usaha kita dan pemerintah itu pada akhirnya akan kembali kepada pribadi masing-masing. Bagaimana kita itu tetap menjaga kepribadian kita sebagai insan mahkluk ciptaan Tuhan dan juga sebagi masyarakat Makassar yang menjunjung tinggi nilai-nilai social dan agama. Terimaksih..!” Ucap salah seorang teman mereka dengan panjang lebar yang berada di bagian belakang.

Ruang kelas kembali tenang. Hanya terdengar suara bisik-bisikan yang tak jelas apa yang mereka perbincangkan. Ahmad begitu antusias menyimak apa yang dipaparkan oleh temannya. Tapi tak berapa lama berdiri lagi salah seorang dari mereka yang berada di bagian pojok ruangan sambil mengangkat tangannya,dengan maksud menambahkan apa yang baru saja dipaparkan oleh temannya. Moderatorpun mempersilahkannya.

Maaf saya hanya ingin menambahkan saja dari apa yang telah dipaparkan oleh teman kita. Jadi begini,memang apa yang dikatakan Didi tadi benar.Toh kenyataanya memang budaya kebarat-baratan itu telah merambat masuk ke budaya timur terutama di Makassar yang mana tempat kita hidup. Dan itu akan berdampak negative apabila kita tak mampu membendung diri kita. Kenyataan lainnya yang lebih parah lagi telah banyak orang-orang dari kita yang mengadopsi budaya luar tersebut. Mereka seakan-akan telah lupa dengan pribadi yang seharusnya mereka junjung.” Ujarnya.

Mereka tak merasa sedih ataupun rugi dengan apa yang mereka anut. Kaum Hawa telah menjelma menjadi laki-laki dan begitu pula sebaliknya,kaum Adam menjelma menjadi wanita. Baik itu dari segi penampilan maupun kepribadian. Itu hanyalah sebagian kecil dari fenomena yang bisa kita cicipi. Jadi apakah kita masih tetap punya impian ingin seperti mereka? Terimaksih.” Sambungnya lagi. 
 
Ahmad yang berada paling depan,yang sedari tadi menyimak beberapa asumsi yang telah dipaparkan oleh teman-temanya mulai merasa dirinya seakan terpanggil untuk berbicara. Iapun memberanikan diri untuk mengangkat tangan dan memberi tanggapan atas asumsi teman-temannya.

Begini teman-teman,saya sepakat dengan apa yang telah teman-teman paparkan tapi ada satu hal yang perlu kita ketahui.yaitu meskipun kenyataanya seperti itu, bukan berarti kita itu harus termakan oleh retorika dunia. Kita masih punya banyak hal yang dapat kita pertahankan,bahkan itu semua harus dijaga. Budaya yang kita miliki harus tetap bersih jangan sampai luntur. Seandainya kita tak mampu lagi mengembalikan apa yang telah ternodai,maka jagalah apa yang belum ternodai. Terutama diri kita sendiri,kita harus tetap eksis dengan komitmen kita. Kalau kita tahu dan sadar, dunia pasti tak bisa membeli kita. Saya teringat dengan satu kalimat “Mereka tuli,bisu dan buta,sehingga tidak dapat kembali Q.S. al-Baqarah 2:17”. Ujarnya dengan mimik coba meyakinkan teman-temannya.

Semuanya terlihat diam sambil memandangi Ahmad yang baru saja duduk di kursinya. Tiba-tiba saya suara moderator kembali terdengar. Dengan maksud menutup kegiatan diskusi pada hari itu karena waktu yang disediakan telah habis.
Dengan berakhirnya kata yang diucapkan oleh Andi Ahmad Sofyan,maka dengan itu saya menutup kegiatan diskusi ini dan akan dilanjutkan pada kesempatan lain. Terimaksih kepada teman-teman yang telah berpartisipasi dalam kegiatan diskusi ini. Akhir kata Assalamualaikum Warahmatollahi Wabarakatu.” 
 
Semuanya kembali bersiap-siap untuk pulang ke rumah masing-masing. Karena mata pelajaran yang mereka diskusikan adalah mata pelajaran yang terakhir. Terlihat wajah-wajah yang ceria di sana. Semuanya bergerak perlahan seakan tak memiliki beban. Bagaikan kapas yang beterbangan diterpa angin. Perbedaan yang membentangi mereka seakan tak menjadi sekat untuk tetap menjadikan mereka sekumpulan masyarakat kecil di suatu lembaga pendidikan formal. Baik di dalam kehidupan sehari-hari mereka maupun di sekolah tetap saja ada canda dan tawa serta sunggingan bibir bila mereka bertemu. Begitupun dengan teman-teman mereka yang lain. Jiwa garuda begitu kental dan hidup di dalam sanubari mereka…

0 komentar:

Posting Komentar

Tulislah apa yang ingin Kamu tulis mengenai Artikel & Blog ini...

KumpulBlogger

Template by:

Free Blog Templates