Aku mendengar suaramu lewat telfon. Di situlah awal dari permulaan kita bertemu dan saling mengenal. Aku yang berada di sebuah pulau kecil sementara dirimu berada di sebuah kota yang megah. Dengan bangunan serta gedung-gedung yang menjulang ke angkasa hendak menjunjung langit.
Aku mulai tahu tentang dirimu.Kutahu dirimu adalah seorang pemuda yang memiliki kepribadian dan ciri yang tersendiri. Begitupun aku sebagai seorang wanita yang lemah. Kita telah banyak melewati hari,minggu bahkan bulan. Terkadang kita bercerita melaui telfon dan SMS karena jarak yang merenggang di antara kita. Melintasi perbukitan,gunung dan lautan yang begitu luas. Namun semuanya terasa satu,dekat. Meskipun kenyataanya kita tak pernah bertemu.
Kusadari dirimu telah membuatku merasa nyaman. Ada rasa damai di hati ini. Tersenyum pun kau rangkai dibibirku. Aku tahu itu,aku merasa kita selalau dekat bahkan menyatu disaat kita bercerita berbagi kisah dan pengalaman. Di saat itu pula masih sempat bahkan sering kita becanda. Berbagi luka dan duka serta kebahagian. Akupun enggan tuk tak menggubrismu. Karena kutahu dirimu adalah pria yang baik.
Tak ada lagi waktu untuk tak ingin bersama dirimu. Meskipun itu hanya sekedar mendengar suaramu saja. Aku ingin itu. Karena semenjak aku mengenalmu hingga sampai saat ini aku meresa ada sesuatu yang baru. Sesuatu yang hadir dalam duniaku. Ada rasa yang tumbuh jauh di dalam kalbuku. Aku sadari akan hal itu bahwa aku telah mulai menyukaimu. Dialektika serta sikapmu yang selalu kau suguhkan untukku seakan menyirami hatiku. Hingga aku tersadar bahwa hati ini ingin bersamamu. Akupun sempat berharap-harap seperti itu.
Hingga disuatu ketika kau mulai membicarakan hal itu. Disaat kita sedang bercerita melalui telfon.
“Icha…ngomong-ngomong,kamu uda punya pacar belum..?”
“Belum. Emangnya kenapa..?”
“Nda..!! Cuma pengen tahu aja”
Kemudian kita berdua sempat diam sejenak. Aku tak tahu apa yang sempat kau fikirkan serta apa yang ada dalam fikiranmu.
“Kalau memang ada yang ingin kamu omongin,bicara aja sekarang. Mumpung kamu masih bercerita dengan aku..”
“Eee….kamu mau nda jadi pacarku..?”
“Kamu serius..? Kamu tidak jadikan aku ini tempat pelarian.?”
“Kamu bukan tempat pelarianku. Aku serius Cha.. Kamu mau nda..?”
“Iya aku mau..”
Betapa bahagianya hatiku disaat itu. Yang ternyata apa yang kurasakan dirimu juga rasakan. Bahagia itu meluap di dadaku hingga rasa sesak itu menghimpitku. Tak dapat kuungkap lagi dengan kata-kata apa yang kurasakan disaat itu. Mulai saat itu kau dan aku sepakat untuk menjalin suatu hubungan yang special. Suatu hubungan yang lebih dari sebagai seorang teman.
Hubungan kita terus berjalan hingga makan bulan. Sekiranya menjelang delapan bulan. Sampai akhirnya kaupun tiba waktunya untuk melaksanakan salah satu tugas bagian akhir dari kuliahmu,yaitu PKL disuatu daerah. Aku berharap-harap cemas akan keadaanmu. Karena untuk sementara kita tak dapat berhubungan melalui Hp disebabkan jaringan yang tidak begitu mendukung. Hingga akhirnya kaupun meminta aku untuk mengirimkan fotoku padamu. Dengan alasan agar nanti ketika kita bertemu disaat kau datang ke daerahku kau tak merasa canggung.
Hari minggu. Tepat dihari itu aku mengirimkan fotoku. Dengan harapan semoga dirimu merasa semakin dekat denganku. Setelah aku mengirimkan fotoku kaupun menelfonku.
“Icha..fotonya sudah aku terima..maksih ya..”
“Iya..gimana,kaget kan melihat wajahku..?”
“Nda..cuma ada yang ingin aku katakan ma kamu. Tapi kamu jangan marah ya.”
“Apa..? Bilang aja pokoknya apapun yang akan kamu katakana aku akan dengar,aku akan terima meskipun itu sakit”
“Cha..kita berteman saja ya. Sebenarnya aku tu sudah bertunangan. Waktu aku PKL,aku sempat pulang di kampung dalam rangka tunangan. Maafkan aku ya”
“Nda apa-apa…Aku ngerti kok!”
Betapa sakitnya hatiku disaat itu setelah kudengar dan kutahu yang sebenarnya. Seakan hidupku tak ada artinya lagi. Apa yang selama ini kuimpikan akhirnya mengahdirkan rasa sakit yang teramat pedih. Selama hampir delapan bulan ternyata hubungan kita kau pupuk dengan racun yang amat sangat efeknya. Tapi aku cukup diam dan pasrah menerima takdirku dalam perjalanan cintaku bersama dirimu yang kuanggap pria yang baik. Aku hanya bisa ucapkan terima kasih atas segalanya yang terlah pernah kau berikan kepadaku. Aku hanya bias berharap semoga dirimu bahagia berada di sampinya. Wanita yang telah kau pilih setelah kau jadikan aku tumbal..
…Biarkan angin menghembuskan aroma cinta ini hingga sampai ke roma…
0 komentar:
Posting Komentar
Tulislah apa yang ingin Kamu tulis mengenai Artikel & Blog ini...