Jauh di sana mereka pernah berkata bahwa dunia telah berubah. Semuanya telah tercipta dengan hadirnya suatu revolusi dan mereka berlomba-lomba dalam suatu urban setelah segalanya terpantul dalam nyatanya hidup. Ternyata benar apa kata pepatah bahwa dunia tak selebar daun kelor, mungkin seperti itu. Ya….mungkin saja.
Dalam ketidak pastian pikiranku masih saja jauh melayang berpetualang. Entah dimana dia akan bermukim atau sekedar singgah sebentar aku tak tahu. Idealnya dia terus mendayuh tuk bertanya dan terus bertanya dalam dunianya entah pada siapa itupun aku tak tahu.
Sementara tubuhku masih tetap dalam balutan sinar sedup sebuah bola lampu dalam peraduanku yang aku sendiri tak tahu lagi berapa watt. Dasar aku, tapi ya…begitulah aku. Setiap senti demi senti benda yang kutatap seakan berbalik menatapku. Aku jadi bingung sendiri pada diriku, sebenarnya apa yang telah terjadi pada bentuk ini. Kembali kulirik sebuah Hp yang mungkin layak disebut antik dengan merek Nokia:1110 dengan warna silfer, kusam. Lama kutatap benda antik itu yang kata orang-orang Hp adalah gaya hidup modern, tapi apa benar…emang efek..!? Ha…dasar aku.
Kucoba mengutak atik beberapa digit angka, kalau tidak salah 081 343 811 xxx setelah berjumlah 12 digit kucoba beranikan diri menekan salah satu tombol yang bertuliskan ok. Tenyata connecting dan terdengarlah tuuut…tuut..tut..awas kereta lewat, he..he…bercanda ko! tapi begitulah bunyinya. Tiba-tiba suara itu redup yang terdengar adalah seberkas suara dari seberang sana yang aku sendiri tak pernah tahu dari mana asalnya dan dari siapa. Tapi suara itu terdengar cukup lembut, karna memang itukan suara seorang wanita, kok tahu…!? He..he…
“Hallo…dengan siapa ni…?” begitulah suara itu berucap. Aku sendiri terdiam menyimak suara itu dan dengan perasaan sedikit kawatir kujawab perkatannya itu, jangan sampai kena marah the… “iya hallo…ini dengan Didit.” Kalau boleh tahu ini dengan siapa..?” Sambungku. Kami pun berkenalan dan cerita mengenai diri masing-masing mencoba saling mengenal. Dan akhirnya aku tahu bahwa wanita itu dengan suaranya yang lembut bernama Dewi, dia orangnya baik tinggalnya di bandung. Dia adalah seoang mahasiswi di salah satu perguruan tinggi di kota kembang itu. Btw siapa yang pengen kenalan silahkan aja hubungi di counter terdekat, boleh juga lewat imelnya yaitu silahkan hubungi teman terdekat Anda. He…he…siapa tau aja connec.
Hari-hari telah berlalu. Telah banyak pula kepingan-kepingan waktu yang aku lalui dengan suatu kehidupan baru nuansa baru. Tak lain dan tak bukan menyangkut hubunganku dengan Dewi si pemilik suara lembut yang pernah kukenal. Aku dan Dewi telah menjadi tomodachi. Kami selalu membagi cerita dan berita meskipun itu hanya sebatas kondisi dan hanya lewat sebuh Hp yang nafas hidupnya adalah pulsa dan jaringan. Ya…menurut aku she itu..tapi aku belum tanya para ahli communication siapa tahu beda..! He..he..he…waktu terus merambat menjalari setiap jengkal kehidupan, berputar bagaikan arus di lautan lepas dan mengalir bagaikan sungai nil yang tak kenal kemarau. Selama itu aku semakin dekat dengan si gadis kota kembang meskipun jarak terus membentang namun dirinya telah dekat di hatiku disetiap hembusan nafasku. Cie segitunya kah…!?
Dalam dekapan malam aku kembali teringat apa kata pepatah dunia tak selebar daun kelor. Pikiranku melayang jauh menerawang lewat bingkai-bingkai kecil sang cosmos. Pandanganku kosong. Suara lirih angin malam menghantui ragaku hingga dingin menggerayangiku. Suasana hening terus mencubuiki hingga hadirkan suatu rasa yang sedikit aneh kurasa. Aku teringat akan si lembut dari kota kembang, Dewi. Aku bertanya-tanya dalam hatiku, coba mengusiknya. Apakah kini aku sedang merasakan kerinduan, tapi apakah mungkin..!? “tapi jauh dalam hatiku, jujur kuakui aku jatuh cinta padanya.” Gumamku coba mengintip hati kecilku. Kini aku menjadi gelisah dengan kehadiran bahasa-bahasa perasaanku.
Dalam kegelisahanku kucoba beranikan diri menghubunginya tuk mengungkapkan apa yang tengah kurasakan. Awalnya dirinya sempat kaget dengan apa yang kuungkapkan tapi apalah dikata, aku sendiri tak dapat mendustakannya apalagi memunafikan. Aliran darahku tak dapat membendungnya. Tembok berlin yang perna kucipta telah retak dan runtuh. Akhirnya dirinya pun mengerti akan diriku, akan apa yang ku alami dan kurasakan bahwa segalanya telah tercipta untukku dan untuknya. Kesemuanya itu telah kutemukan di kekinian dan itu bersama Dewi mahasiswi di kota kembang. Pertanyaan cintaku kini terjawab sudah,terciptalah suatu hubungan yang selalu hidup dalam jiwa remaja. Dirinya pun menjadi pacarku,begitupun aku. Watashi wa koibito Dewi san desu mungkin begitulah kalimatnya dalam bahasa jepang. Meskipun ku sadar diriku dan dirinya tak pernah bertemu. Dia yang di di kota kembang sementara aku yang di kota daeng. Namun segalanya itu tak pernah membuat perasaanku terhadapnya minus. Aku selalu berharap diriku menjadi kupu-kupu yang dapat terbang melintasi jiwa-jiwa cosmos hingga kutemukan sosok kembang yang berada di beranda hatiku yang kini sedang mekar dengan sejuta keharuman.
Cintaku kini berwujud dalam bayang-bayang ketidakpastian, karena jarak yang begitu jauh merenggang hanya terjamahkan oleh jaringan entah itu telkomsel atau indosat. Emangnya mau beli pulsa berapa..!? he..he.. Aku yakin bahwa segalanya akan selalu tercipta dengan indah meskipun itu dengan ketidak sempurnaan apabila dilandaskan atas dasar cinta. Karena sesungguhnya Tuhan tidaklah buta dan tuli seperti mumi Fir’aun.
0 komentar:
Posting Komentar
Tulislah apa yang ingin Kamu tulis mengenai Artikel & Blog ini...